Tahapan-tahapan Cara Mendidik Anak yang Benar Sesuai Ajaran Rasulullah SAW

7 M yang Harus Ayah Aplikasikan Saat Mendidik Anak, Yuk Terapkan!

Anak adalah harapan bagi semua orang tua. Bagi seorang muslim, orang tua berharap kelak anaknya akan menjadi anak yang berakhlakul khatimah, anak yang sholeh dan sholeha yang akan menjadi penolong di akhirat kelak, pengantar ke surga-Nya Allah SWT. Untuk menjadikan anak sesuai dengan harapan, sebagai orangtua seyogyanya kita harus bisa mendidiknya dengan baik dan benar yaitu sesuai dengan ajaran yang telah Rasulullah SAW contohkan. Ada beberapa tahapan sesuai umur yang Rasulullah SAW contohkan tentang bagaimana cara mendidik anak yang benar. Tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut :

1.Anak umur 0-6 tahun ( Pendidikan Kasih Sayang dan Nasihat)

Di usia awal ini, Rasulullah SAW memerintahkan untuk memberikan kasih sayang tanpa batas kepada anak dengan memanjakannya penuh kelembutan. Kasih sayang yang diberikan tidak boleh berbeda-beda dari satu anak ke anak yang lainnya. Jika di usia ini anak melakukan kesalahan, kita tidak boleh memarahinya apalagi ada kontak fisik atau pukulan yang membuat si anak kesakitan. Di usia ini kita hanya perlu menegur anak dengan menjelaskan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Jadilah teladan dengan memberikan contoh perilaku yang baik karena di usia ini anak akan menjadi pecontoh ulung. Pelajaran yang didapat akan lebih banyak apa yang dia lihat bukan didengar. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan  emosional anak akan buruk apabila di usia 0-6 tahun diperlakukan dengan keras. Anak akan merasa terus bersalah dan baru sempurna perasaan bersalahnya itu di usia tujuh tahun.

2. Usia 7-13 tahun (Pendidikan Kedisiplinan dan Tanggung Jawab)

Di usia ini anak diajarkan tentang kedisiplinan dan tanggung jawab. Jika di usia 0-6 tahun anak cukup sentuhan dan pelukan, maka tidak akan sulit untuk menerapkan kedisiplinan dan tanggung jawab selanjutnya. Di usia 7-13 tahun orang tua harus memperhatikan urusan akhirat anak dan mendahulukannya. Kemudian perhatikan urusan dunianya. Orang tua dituntut untuk mengajarkan anak disiplin sholat tepat waktu. Jika anak melanggar boleh diberikan teguran, memarahinya, jika masih melanggar berikan hukuman apatis (acuh tak acuh, tidak peduli atau masa bodoh), hal ini boleh dilakukan tetapi tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Hukuman apatis ini tentu tidak selamanya, artinya ada batasan waktu hingga anak tersebut tidak mengulangi kesalahannya. Namun jika anak masih melanggar juga orang tua boleh memberikan hukuman pukulan tapi di area yang tidak akan merusak fungsi tubuh dan sistem syaraf. Hukuman diberikan agar anak belajar sikap tanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.

3. Usia 14-20 tahun ( Pendidikan Sosialisasi dan Diskusi)

Orang tua memberikan pelajaran dengan anak melalui pendekatan secara pribadi. Selain menjadi orangtua di tahapan ini kita dituntut untuk bisa menjadi teman, sahabat yang bisa mendengar, berdiskusi dan membicarakan segala sesuatu dengan si anak, baik masalah pribadi ataupun masalah sosial. Jika hal diatas terjalani maka komunikasi orangtua dan anak dapat terjalin dengan baik. Anak akan selalu ada dalam pengawasan orang tua dimana pun dia berada. Dan anak akan menghargai orang tua. Sehingga anak akan terbuka dengan orang tua jika ada masalah yang menimpanya. Selain itu di usia Aqil baligh ini, orang tua wajib mengarahkan anak untuk berteman dengan orang-orang yang baik dan sholeh agar dapat melakukan aktivitas pergaulan yang baik pula.

4. Usia 21 keatas (Pendidikan Kepercayaan dan Kebebasan)

Di usia ini anak sudah mulai dewasa. Sudah bisa membedakan hak dan kewajiban. Sudah bisa membedakan mana yang baik dan tidak. Pendidikan yang wajib orang tua berikan adalah memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada anak dengan memberikannya kebebasan yang bertanggung jawab. Dengan diberikan kepercayaan kepada anak, anak akan mempunyai kepercayaan diri yang kuat sehingga ia bisa mengatasi setiap masalah yang ia hadapi.

Demikianlah tahapan-tahapan bagaimana cara mendidik anak yang benar sesuai ajaran Rasulullah SAW. Semoga bermanfaat.

About Author


penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *